Minggu

Menerbangkan Glider


Di luar kenyataan bahwa penerbang glider mendapatkan lisensi dari Federasi Aero Sport Indonesia, di bawah ini dibahas tentang kualifikasi seseorang untuk menjadi penerbang glider menurut CASR.
Untuk menjadi penerbang glider, anda diharuskan untuk mempunyai minimum Student Pilot License dengan rating glider yang ditulis dalam lisensi. Umur minimum untuk Student Pilot License untuk hanya menerbangkan glider adalah 14 tahun (CASR 61.83). Berbeda dengan syarat untuk menerbangkan pesawat bermotor yang harus berusia minimum 16 tahun.




Syarat kesehatan adalah memiliki sertifikat kesehatan yang menyataan bahwa yang bersangkutan sehat jasmani dan rohani. Di dalam CASR part 61.83 ini tidak ditentukan siapa yang boleh mengeluarkan sertifikat ini. Hanya Student Pilot License untuk pesawat bermotor yang membutuhkan sertifikat kelas 2 dari Balai Kesehatan Penerbang.



Kemampuan berbahasa Inggris juga diperlukan untuk mendapatkan Student Pilot License. Jika pelamar lisensi tidak dapat berbahasa Inggris maka dia boleh mendapatkan lisensi dengan limitasi yang dituliskan di lisensi yang bersangkutan. Jadi jangan khawatir dengan kemampuan bahasa Inggris anda, karena bukanlah syarat mutlak untuk menjadi penerbang.

Terbang SOLO
Jika anda sudah memiliki Student Pilot License, maka langkah selanjutnya adalah memulai training. Sebelum anda bisa terbang sendirian tanpa seorang instruktur yang mendampingi, anda wajib mendapatkan pelatihan pre-solo dalam materi berikut (CASR 61.87):
  1. Preflight inspection of towline rigging, review of signals, and release procedures to be used;
  2. Aerotows, ground tows, or self-launch;
  3. Principles of glider disassembly and assembly;
  4. Stall entries from various flight attitudes with recovery initiated at the first indication of a stall, and recovery from a full stall;
  5. Straight glides, turns, and spirals;
  6. Slips to a landing;
  7. Procedures and techniques for thermalling in convergence lift or ridge lift as appropriate to the training area; and
  8. Emergency operations including towline break procedures.
Syarat-syarat di atas tidak diterjemahkan karena pemakaian istilah tidak baku dalam bahasa Indonesia akan mengurangi pemahaman poin-poin tersebut. Tapi di bawah ini bisa anda lihat terjemahan masing-masing istilah yang tidak umum. 
1.     Towline: alat/tali penarik glider
2.     Towline break procedure: Prosedur mengatasi tali yang putus atau lepas. 
3.     Release Procedures: prosedur untuk melepaskan glider dari pesawat penarik
    Aerotow 
    4.   Aerotow: Cara menarik glider dengan pesawat penarik
      Tow release procedure 
      5.    Ground tow: Cara menarik glider dengan mesin yang ada di darat. Dapat berupa mesin yang diam (winch), atau kendaraan bergerak seperti mobil. 
      6.    Self Launch: Glider dengan mesin sendiri, yang biasanya dipasang di atas pesawat. Bisa berupa mesin biasa atau mesin listrik. 
      7.    Disassembly and assembly: bongkar pasang 
      8.    Stall: jatuhnya pesawat karena kekurangan energi (kecepatan)
        Stall Entry 
        9.    Stall recovery: cara mengatasi stall
          Stall recovery 
          10.   Thermalling: terbang di antara udara panas yang naik yang dapat menahan glider sehingga bisa terbang lama di angkasa.
            Biarpun selama latihan materi di atas dapat di simulasikan, tapi untuk terbang solo, syaratnya semua pelatihan di atas HARUS dilakukan di pesawat glider. (CASR 61.87.k )
            Perlu juga diketahui menurut CASR 91.309, harus ada persetujuan antara penerbang penarik glider dan penerbang glidernya mengenai prosedur dasar take off, melepaskan diri dari pesawat penarik, kecepatan yang dipakai, dan prosedur darurat.
            Biarpun selama latihan materi di atas dapat di simulasikan, tapi untuk terbang solo, syaratnya semua pelatihan di atas HARUS dilakukan di pesawat glider. (CASR 61.87.k )
            Perlu juga diketahui menurut CASR 91.309, harus ada persetujuan antara penerbang penarik glider dan penerbang glidernya mengenai prosedur dasar take off, melepaskan diri dari pesawat penarik, kecepatan yang dipakai, dan prosedur darurat.

            Setelah terbang solo
            Setelah semua pelatihan dilakukan dan penerbang sudah bisa terbang sendirian, maka yang bersangkutan dapat meminta lisensi PPL. Syaratnya sudah berusia minimum 16 tahun, dan syarat yang lainnya adalah sama dengan pemohon lisensi PPL lainnya yang tertulis di CASR 61. Syarat kompetensi mendapatkan lisensi PPL dapat dilihat di tulisan lain di bagian PPL di website ini.
            Sedangkan pengetahuan yang harus dimiliki penerbang PPL glider dapat dilihat di CASR 61.105.B:
            Berikut adalah terjemahan bebasnya:
            1. Pelaporan kecelakaan yang berhubungan dengan penerbangan glider, batasan-batasan pesawat dan pengoperasian penerbangan dengan pesawat glider.
            2. Navigasi dengan glider, termasuk cara membaca peta penerbangan dan kompas magnetik.
            3. Pengenalan situasi cuaca dan pemakaian laporan cuaca dan ramalan cuaca untuk penerbangan.
            4. Pengoperasian glider dengan aman dan efisien termasuk prosedur menarik dengan aerotow atau ground tow, berikut sinyal-sinyal yang dipakai, dan kewaspadaan terhadap keselamatan.
            5. Kewaspadaan terhadap stall dan spin, tehnik mengatasi spin untuk glider.
            6. Kemampuan manusia dan batasan-batasannya yang relevan dengan penerbangan glider.
            Ketrampilan menerbangkan glider juga akan diuji oleh pihak yang berwenang. Materi pengujian meliputi: (CASR 61.107)
            1. Preflight, meliputi pemasangan sayap dan permukaan ekor pesawat, jika pesawat dirancang untuk bisa dibongkar pasang dengan cepat.
            2. Ground atau aero tow, lisensi akan terbatas tergantung cara mana yang digunakan untuk ujian.
            3. Manuver dasar, termasuk steep turn dan spiral, kedua arah kiri dan kanan.
            4. Penggunaan kecepatan yang tepat
            5. Terbang dengan kecepatan rendah dengan gangguan (instruktur / penguji akan memberikan gangguan yang realistik, contohnya mengajak bicara), pengenalan stall dari terbang lurus maupun berbelok dan cara mengatasinya.
            6. Approach dan landing yang akurat dengan ketepatan 200 kaki dari hidung pesawat ke tanda yang dibuat di landasan.


            Sumber:  www.ilmuterbang.com ( Tulisan dari Fajar A. Nugroho,10/04/2008)

            Tidak ada komentar:

            Posting Komentar